Pilihlah salah satu cerpen yang terdapat pada label pembelajaran sastra!
Analisislah cerpen yang Anda pilih tersebut dengan format yang telah disediakan atau Anda dapat mengkreasinya sendiri.
Pagi saat istrinya tak lagi bangun
dari tidur, ia menunggu cukup lama di samping perempuan tua itu. Biasanya,
istrinya selalu bangun lebih dulu. Menyiapkan sarapan, sedikit berdandan, lalu
jika perempuan tersebut sedang ingin memanjakan suaminya, ia akan membawa
sarapan ke atas kasur. Membiarkan aroma harum kopi susu menguar ke hidung
lelaki terkasihnya dan membuatnya terjaga.
Pagi masih meringkuk ketika ribuan
mayat bangkit dari dalam kubur. Mayat-mayat itu melangkah gontai menyisiri sela
dan tikung jalan. Anjing-anjing tak henti menggonggong saat memergoki
mayat-mayat dengan tubuh suram mengeluyur di setiap simpang dan gorong-gorong
kota. Air muka sosok-sosok ganjil itu pun tampak bengis. Mereka seperti sengaja
bangkit mencari suatu pelampiasan akan dendam masa lalu yang tak terselesaikan.
Dari kamar ibu yang tertutup
melata kabut. Kabut itu berjelanak dari celah bawah pintu. Merangkak memenuhi
ruang tengah, ruang tamu, dapur, kamar mandi, hingga merebak ke teras depan.
Lelaki jangkung berwajah terang
yang membukakan pintu terlihat takjub begitu mengenali saya. Pastinya dia sama
sekali tidak menyangka akan kedatangan saya yang tiba-tiba.
Sebenarnya tidak ada keistimewaan khusus
mengenai keahlian Darko dalam memijat. Standar tukang pijat pada layaknya.
Namun, keramahannya yang mengalir menambah daya pikat tersendiri. Kami
menemukan ketenangan di wajahnya yang membuat kami senantiasa merasa dekat.
Mungkin oleh sebab itu kami terus membicarakannya.
Semua cerita prosa di atas (cerpen, novel, roman, dan
drama) memiliki unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik ialah unsur
dari dalam karya sastra yang membangun terciptanya suatu karya sastra.
Sedangkan unsur ekstrinsik ialah unsur di luar karya sastra, namun turut
berperan di dalam menentukan corak karya sastra tersebut, misalnya masalah
pendidikan pengarang, lingkungan pengarang, atau budaya yang berlaku saat
pengarang membuat karya sastra tersebut.
Aku tak tahu apa yang sesungguhnya sedang aku cari saat itu. Perhatian?
Cinta? Atau bukan keduanya? Akan tetapi, sejak bertemu dengan Bee, begitu aku
biasa memanggil kekasihku, semua itu akhirnya kudapatkan. Tidak hanya perhatian
dan cinta, bahkan lebih dari itu. Namun, masa itu telah berlalu dan aku kembali
dalam sunyi; dalam belantara kesendirian. Apakah dendam ini harus terpuaskan?
Ingin rasanya aku lampiaskan semua kesal kepadanya, wanita yang tiga setengah
tahun ini mengisi hari-hariku, mengusir sepi, dan melengkapi sejarah
kehidupanku, lelaki yang telah sekian lama menyendiri di balik hingar bingar
metropolitan.
Menulis PTK, bagi guru, sering dianggap sebagai suatu yang memberatkan. Meskipun demikian, hal tersebut harus dilakukan para guru untuk meningkatkan profesionalitasnya, apalagi bagi guru yang ingin naik pangkat. Sebenarnya, anggapan bahwa membat laporan PTK itu sulit, kurang tepat karena pada dasarnya MENYUSUN LAPORAN PTK ITU...MUDAH.
Mengapa dikatakan mudah? Ingin tahu caranya? Cermatilah slide-slide berikut ini!
Menulis PTK, selain sistematika dan prosedurnya benar, juga memerlukan lampiran yang lengkap. Itulah bagian utama yang akan dilihat oleh tim penilai PTK kita. Oleh sebab itu, semua data yang ada pada Laporan PTK perlu disertakan pula dalam lampiran. Apa saja yang harus dilampirkan? Cermati baik-baik slide ini!
Demoralitas berbahasa menjadi
salah satu dampak negatif dimulainya revolusi industri 4.0. Hal itu disebabkan
oleh dilibatkannya sistem siber fisik di segala aspek kehidupan, termasuk dalam
komunikasi antarmanusia yang menggunakan bahasa sebagai medianya. Media-media
sosial yang berkembang pesat pada era 4.0, seperti facebook, twitter, instagram, line, dan whatsaap semakin meramaikan
disruptif berbahasa Indonesia yang pada akhirnya menciptakan demoralitas (ketidaksantunan)
berbahasa.
Sejalan dengan perkembangan pembelajaran abad ke-21, pelaksanaan
evaluasi bagi peserta didik dalam kurikulum 2013 menuntut kecakapan berpikir
kritis. Untuk itulah penyusunan soal
berstandard HOTS menjadi penting untuk diterapkan pada seluruh mata pelajaran
dan setiap jenjang pendidikan. Hal itu mutlak diperlukan karena pembelajaran
abadke-21 mencerminkan empat hal berikut:
Dalam keremangan malam, pikirannya melayang pada masa tiga puluh tahun
silam. Saat keriput belum menggurat wajahnya; garis-garis retak belum memahat
pada kedua tangannya; langkahnya pun masih tegap, setegak hasrat dan
cita-citanya.
Dalam bahasa Indonesia dikenal lima
sebutan fungsi kalimat, yakni subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap
(Pel.), dan keterangan (Ket.) Hal yang menarik dari lima fungsi kalimat
tersebut adalah mengenai pemakaian fungsi objek dan pelengkap. Keduanya selalu
berada di belakang predikat. Namun, ada satu hal yang perlu kita cermati
mengingat sebagian penutur bahasa belum memahami benar akan fungsi objek dan
pelengkap tersebut.
Kalimat inti biasa juga disebut dengan kalimat sederhana.
Kalimat inti biasanya hanya terdiri atas subjek (S) dan predikat (P). Namun
demikian, jika kalimat tersebut termasuk kalimat transitif, kalimat intinya
terdiri atas S – P – O. Demikian juga
jika kalimat tersebut termasuk kalimat intransitif berpelengkap wajib, kalimat
intinya terdiri atas S – P – Pel.
Kalimat
efektif harus memiliki kesatuan gagasan dan mengandung satu ide pokok. Kalimat
dikatakan memiliki kesatuan gagasan jika memiliki subjek, predikat dan
unsur-unsur lainnya saling mendukung dan membentuk kesatuan tunggal.
Contoh:
(1)Di dalam keputusan itu merupakan
kebijaksanaan yang dapat membantu keselamatan
umum.
Fakta ialah hal yang merupakan
kenyataan; sesuatu yang benar-benar ada, terjadi, dan ada buktinya. Misalnya,
ada benda, orang, tempat, peristiwanya, jumlahnya, atau dapat menjawab
pertanyaan apa, siapa, kapan, di mana, atau berapa.