1. Kesatuan Gagasan
Kalimat
efektif harus memiliki kesatuan gagasan dan mengandung satu ide pokok. Kalimat
dikatakan memiliki kesatuan gagasan jika memiliki subjek, predikat dan
unsur-unsur lainnya saling mendukung dan membentuk kesatuan tunggal.
Contoh:
(1) Di dalam keputusan itu merupakan
kebijaksanaan yang dapat membantu keselamatan
umum.
(2) Keputusan itu merupakan
kebijaksanaan yang dapat membantu keselamatan umum.
2. Kesejajaran (Paralel)
Penggunaan bentukan kata
atau frasa berimbuhan yang memiliki kesamaan (kesejajaran) baik dalam fungsi
maupun bentuknya.
Contoh:
(3) Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir
jalan.
(4) Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir
jalan.
(5) Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir
jalan.
3. Kelogisan
Kalimat yang unsur
pembentuknya memiliki hubungan yang logis (masuk akal).
Contoh:
(6) Ayahnya mengajar Bahasa
Indonesia di SMA Negeri 11 Surabaya.
(7) Atas perhatiannya, saya
ucapkan terima kasih.
(8) Waktu dan tempat saya
persilakan.
(9) Untuk mempersingkat waktu ….
(10) Ayahnya mengajarkan
Bahasa Indonesia di SMA Negeri 11 Surabaya.
(11) Atas perhatian Bapak/
Ibu/ Saudara, saya ucapkan terima kasih.
(12) Waktu dan tempat saya
berikan atau yang terhormat … kami persilakan.
(13) Agar pembicaraan kita
tidak terlalu lama, ….
4. Kehematan
Setiap kata haruslah
memiliki fungsi yang jelas (tidak boleh menggunakan kata yang tidak perlu).
Contoh:
(14) Bunga-bunga mawar,
melati, dan kenanga sangat disukainya.
(15) Apel, mangga, dan durian
adalah buah-buahan yang sangat enak.
(16) Bunga mawar, melati, dan
kenanga sangat disukainya.
(17) Apel, mangga, dan durian
adalah buah yang sangat enak.
Kalimat
(1) tidak memiliki kesatuan gagasan karena kalimat tersebut tidak memiliki
subjek. Unsur di dalam keputusan itu bukanlah subjek, melainkan
keterangan. Oleh sebab itu, agar kalimat tersebut efektif frasa di dalam harus dihilangkan. Dengan
demikian, kalimat tersebut berubah menjadi kalimat (2).
Kalimat
(3) tidak efektif karena tidak memiliki kesejajaran antara
predikat-predikatnya. Predikat menolong
merupakan predikat aktif, yakni menggunakan imbuhan meng-, sedangkan dipapahnya
merupakan predikat pasif, yakni menggunakan imbuhan di-. Karena itu,
kalimat tersebut harus diubah sehingga akan menjadi kalimat yang memiliki
kesejajaran (paralel) seperti kalimat (4) atau (5).
Ketidaklogisan
kalimat (6) disebabkan oleh pemakaian kata mengajar. Bahasa Indonesia
bukanlah benda hidup yang bisa diajar. Agar kalimat itu logis, predikat
tersebut harus diubah menjadi mengajarkan seperti contoh (10).
Ketidaklogisan
kalimat (7), (8), dan (9) seharusnya diubah supaya menjadi logis seperti
kalimat (11), (12), dan (13).
Kalimat
(14) dan (15) tidak hemat karena menggunakan kata yang seharusmya tidak
diperlukan karena tidak ada manfaatnya. Bunga-bunga dan buah-buahan sudah
menyatakan bentuk jamak, tetapi masih menggunakan bentuk ulang macam-macam
bunga dan buah. Seharusnya kalimat
tersebut diubah menjadi kalimat (16) dan (17).
No comments:
Post a Comment
Berikan komentar Anda!