Tuesday, September 17, 2019

MAJAS (GAYA BAHASA)

1.    Majas Perbandingan
a.      Metafora
      Perbandingan yang singkat dan dinyatakan secara implisit.   
(1) Si jago merah telah memangsa daerah itu. (api)
(2) Pria itu buaya darat.

b.      Personifikasi
      Menggambarkan benda tak bernyawa tetapi memiliki sifat seperti manusia.
     
(1)     Kapal itu hilang ditelan ombak
(2)     Bulan tersenyum kepadaku.
c.       Alegori
      Menggunakan lambang-lambang dan biasanya mengandung nilai moral/ spiritual.
     
(1)     Mereka mengarungi bahtera rumah tangga.
(2)     Ia jatuh ke jurang kenistaan.

d.      Metonimia
      Memakai nama ciri/nama hal yang ditautkan dengan orang, barang, atau hal lain sebagai penggantinya.
     
(1)     Dia hanya mendapat perak sedangkan adiknya emas.
(2)     Nenek menghabiskan dua piring.

e.       Simile (Perumpamaan)
      Perbadingan dua hal yang pada hakikatnya berbeda tetapi dianggap sama. Secara eksplisit dinyatakan dengan kata: seperti, laksana, bagai, bagaikan, ibarat, seumpama, bak.

(1)     Bedanya seperti langit dan bumi.
(2)     Keadaannya bagai telor di ujung tanduk.

f.        Litotes
      Melemahkan apa yang dimaksud dengan tujuan untuk merendahkan diri.
     
(1)     Singgahlah ke gubukku.
(2)     Makanlah seadanya, hanya dengan garam dan sambal.

g.      Eufemisme
      Ungkapan halus untuk menggantikan kata yang dianggap kasar/kurang sopan.
     
(1)     Saya minta izin ke belakang sebentar, Pak! (kamar kecil/ WC)
(2)     Anak Bapak agak kurang pandai. (bodoh)

h.      Sinekdoke
1)        Pars pro Toto
             Menyebut sebagian tetapi yang dimaksud seluruhnya.
                 
(1)      Ibu membeli tiga ekor ayam.
(2)      Ia tidak kelihatan batang hidungnya.

2)      Totem pro Parte
             Menyebut keseluruhan tetapi yang dimaksud sebagian.
                 
(1)   Seluruh warga larut dalam pesta di balai desa.
(2)   Indonesia berhasil merebut Piala Thomas.

i.        Hiperbola
      Melebih-lebihkan atau membesar-besarkan sesuatu yang dimaksud.
     
(1)     Tangisnya menyayat-nyayat hati.
(2)     Sorak-sorai penonton mengguntur membelah angkasa.

j.        Alusio
      Menunjuk secara tak langsung pada peristiwa, tokoh, tempat, atau hal lain.
     
(1)     Apakah Peristiwa Madiun akan terjadi lagi?
(2)     Apakah kalian ingin menjadi Malin Kundang?


2.      Majas Sindiran
a.    Ironi
Sindiran halus berupa pernyataan yang maknanya bertentangan dengan yang sebenarnya.
  
(1)     Baik sungguh kelakuanmu, adikmu kau pukuli!
(2)     Masih sore sudah pulang. Kan baru pukul 12? (pukul 12.00 malam)

b.    Sinisme
Sindiran seperti ironi tetapi agak kasar.
  
(1)     Muak aku mendengar kata-katamu!
(2)     Kamu kan sudah pandai. Buat apa kamu minta nasihat kepadaku?

c.    Sarkasme
Sindiran yang paling kasar yang dapat menyakitkan hati orang.
  
(1)     Kamu memang goblok, bebal, dan otak udang.
(2)     Dasar anjing kamu, mau diapakan lagi.

3.      Majas Penegasan

                   Memperjelas kata yang sudah jelas maksudnya.
  
(1)     Kami naik ke atas tempat yang tinggi itu.
(2)     Silakan Anda maju ke depan.

b.    Repetisi
Pengulangan kata/ kelompok kata yang sama untuk menarik perhatian dan lebih menegaskan.
  
(1)      Hanya dengan belajar, sekali lagi belajar cita-citamu dapat tercapai.
(2)      Pemuda, pemudalah penerus cita-cita bangsa.

c.    Tautologi
Mengungkapkan pengertian yang sama dua kali atau lebih.
  
(1)        Masa telah berlalu, lewat, silam.
(2)        Saya tidak takut, tidak gentar menghadapinya.

d.    Klimaks
Urutan gagasan yang berjenjang naik (makin meningkat intensitasnya)
  
(1)        Dia tidak hanya sebagai penipu, perampok, tetapi juga pembunuh.
(2)        Harta, harga diri, bahkan nyawanya pun telah dipertaruhkannya.

e.    Antiklimaks
Urutan gagasan yang berjenjang turun (makin menurun intensitasnya)
  
(1)        Orang tua, remaja, dan anak-anak berkumpul di tempat itu.
(2)        Nyawa, harga diri, dan hartanya pun telah dipertaruhkannya.

f.     Elipsis
Menghilangkan sebuah kata dalam kalimat dengan maksud untuk mengeraskan arti kata yang dihilangkan.
  
(1)        Kalau masih belum jelas, mau kuterangkan sekali lagi?
(2)        Rasailah bekas tanganku ini.
g.    Retoris
Penegasan dengan menggunakan kalimat tanya tapi tak memerlukan jawaban.
  
(1)        Bagaimana mungkin orang mati hidup lagi?
(2)        Siapa di antara kalian yang ingin gagal dalam ujian?

h.    Koreksio
Membetulkan ucapan yang salah atau kurang baik dengan maksud memberi ketegasan dari keadaan sebenarnya.
  
(1)        Anaknya dihempaskan, eh bukan diturunkannya dari tempat tidur.
(2)        Kita harus menyingkirkannya, eh maksudku memperingatkannya.

i.      Asindeton
Menyebutkan beberapa hal berturut-turut tanpa kata penghubung.
  
(1)        Meja, kursi, lemari lintang pukang saja letaknya dalam kamar itu.
(2)        Buku, sepatu, tas berserakan di lantai.

j.     Polysindeton
Menyebutkan beberapa hal berturut-turut dengan menggunakan kata penghubung.
  
(1)        Setelah makan dan berpakaian serta merokok, ia meninggalkan tempat itu.
(2)        Mula-mula ia diam saja lalu berdiri kemudian menatapku.
                
k.    Enumerasia
Menyebutkan beberapa macam hal dengan disertai keterangannya.
  
(1)        Malam yang sunyi sepi, jengkerik yang mengerik, jam yang berdetak, tersentak aku dari lamunanku.
(2)        Matahari pagi bersinar cerah, angin berhembus meyibakkan rambutku, dan engkau datang membawa kebahagiaan dalam hidupku.

l. Anafora
Pengulangan kata pada awal kalimat atau penggalan kalimat secara berturut-turut.
  
(1)     Ada kemauan, ada jalan.
(2)     Seribu kali jatuh, seribu kali bangun.


4.      Majas Pertentangan
a.     Paradoks
Pertentangan dua objek yang berbeda.
  
(1)     Dia orang kaya tetapi miskin. (kaya harta, miskin iman)
(2)     Tim kita kalah tetapi beruntung.
 (kalah bertanding, untung pengalaman)

b.     Antitesis
Paduan dua kata yang berlawanan.
  
(1)     Maju mundurnya sekolah bergantung pada diri kita sendiri.
(2)     Ada kurang dan lebihnya saya minta maaf.

c.      Kontradiksi Interminitz
Pertentangan dengan apa yang dikatakan sebelumnya.
  
(1)     Semua sudah hadir kecuali Tono.
(2)     Jawaban Anda benar semuanya, tetapi ada satu yang salah.

d.     Anakronisme
Bertentangan dengan apa yang sesungguhnya terjadi dalam sejarah atau menetapkan sesuatu pada waktu yang sebenarnya belum menjadi kenyataan.
  
(1)     Gajah Mada naik taksi ke Jakarta.
(2)     Dalam karangan Julius Caesar, Shakespiere menulis jam berbunyi tiga kali.

No comments:

Post a Comment

Berikan komentar Anda!

Profil Sekolah Binaan

SMK NEGERI 1 KAMAL DAN SMK NEGERI 2 BANGKALAN