1. Majas Perbandingan
a. Metafora
Perbandingan yang singkat dan dinyatakan
secara implisit.
(1) Si jago merah telah memangsa daerah itu. (api)
b. Personifikasi
Menggambarkan benda tak bernyawa tetapi
memiliki sifat seperti manusia.
(1) Kapal itu hilang ditelan ombak
(2) Bulan tersenyum kepadaku.
c. Alegori
Menggunakan lambang-lambang dan biasanya
mengandung nilai moral/ spiritual.
(1) Mereka mengarungi bahtera
rumah tangga.
(2) Ia jatuh ke jurang
kenistaan.
d. Metonimia
Memakai nama ciri/nama hal yang ditautkan
dengan orang, barang, atau hal lain sebagai penggantinya.
(1) Dia hanya mendapat perak
sedangkan adiknya emas.
(2) Nenek menghabiskan dua piring.
e. Simile (Perumpamaan)
Perbadingan dua hal yang pada hakikatnya
berbeda tetapi dianggap sama. Secara eksplisit dinyatakan dengan kata: seperti,
laksana, bagai, bagaikan, ibarat, seumpama, bak.
(1) Bedanya seperti
langit dan bumi.
(2) Keadaannya bagai
telor di ujung tanduk.
f.
Litotes
Melemahkan apa yang dimaksud dengan tujuan
untuk merendahkan diri.
(1) Singgahlah ke gubukku.
(2) Makanlah seadanya, hanya
dengan garam dan sambal.
g. Eufemisme
Ungkapan halus untuk
menggantikan kata yang dianggap kasar/kurang sopan.
(1) Saya minta izin ke
belakang sebentar, Pak! (kamar kecil/ WC)
(2) Anak Bapak agak kurang
pandai. (bodoh)
h. Sinekdoke
1)
Pars pro
Toto
Menyebut
sebagian tetapi yang dimaksud seluruhnya.
(1)
Ibu membeli tiga ekor ayam.
(2)
Ia tidak kelihatan batang hidungnya.
2) Totem pro Parte
Menyebut keseluruhan tetapi yang
dimaksud sebagian.
(1) Seluruh warga larut dalam pesta di
balai desa.
(2) Indonesia
berhasil merebut Piala Thomas.
i.
Hiperbola
Melebih-lebihkan atau membesar-besarkan
sesuatu yang dimaksud.
(1) Tangisnya menyayat-nyayat hati.
(2) Sorak-sorai penonton mengguntur
membelah angkasa.
j.
Alusio
Menunjuk secara tak langsung pada
peristiwa, tokoh, tempat, atau hal lain.
(1) Apakah Peristiwa
Madiun akan terjadi lagi?
(2) Apakah kalian ingin
menjadi Malin Kundang?
2. Majas Sindiran
a. Ironi
Sindiran halus berupa pernyataan yang maknanya
bertentangan dengan yang sebenarnya.
(1) Baik sungguh kelakuanmu, adikmu kau pukuli!
(2) Masih sore sudah pulang.
Kan baru pukul 12? (pukul 12.00 malam)
b. Sinisme
Sindiran seperti ironi
tetapi agak kasar.
(1) Muak aku mendengar
kata-katamu!
(2) Kamu kan sudah pandai.
Buat apa kamu minta nasihat kepadaku?
c. Sarkasme
Sindiran yang paling
kasar yang dapat menyakitkan hati orang.
(1) Kamu memang goblok,
bebal, dan otak udang.
(2) Dasar anjing kamu,
mau diapakan lagi.
3. Majas Penegasan
Memperjelas
kata yang sudah jelas maksudnya.
(1) Kami naik ke atas
tempat yang tinggi itu.
(2) Silakan Anda maju ke
depan.
b. Repetisi
Pengulangan kata/ kelompok kata yang sama untuk
menarik perhatian dan lebih menegaskan.
(1) Hanya dengan belajar, sekali lagi belajar
cita-citamu dapat tercapai.
(2)
Pemuda, pemudalah penerus cita-cita bangsa.
c. Tautologi
Mengungkapkan pengertian yang sama dua kali atau
lebih.
(1)
Masa telah berlalu, lewat, silam.
(2)
Saya tidak takut, tidak gentar
menghadapinya.
d. Klimaks
Urutan gagasan yang berjenjang naik (makin meningkat intensitasnya)
(1)
Dia tidak hanya sebagai penipu, perampok,
tetapi juga pembunuh.
(2)
Harta, harga diri, bahkan nyawanya pun telah
dipertaruhkannya.
e. Antiklimaks
Urutan gagasan yang berjenjang turun (makin menurun intensitasnya)
(1)
Orang tua, remaja, dan anak-anak
berkumpul di tempat itu.
(2)
Nyawa, harga diri, dan hartanya pun telah
dipertaruhkannya.
f. Elipsis
Menghilangkan sebuah kata dalam kalimat dengan maksud
untuk mengeraskan arti kata yang dihilangkan.
(1)
Kalau masih belum jelas, mau kuterangkan sekali lagi?
(2)
Rasailah bekas
tanganku ini.
g. Retoris
Penegasan dengan menggunakan kalimat tanya tapi tak
memerlukan jawaban.
(1)
Bagaimana mungkin orang mati hidup lagi?
(2)
Siapa di antara kalian yang ingin gagal dalam ujian?
h. Koreksio
Membetulkan ucapan yang salah atau kurang baik dengan
maksud memberi ketegasan dari keadaan sebenarnya.
(1)
Anaknya dihempaskan, eh bukan diturunkannya dari tempat
tidur.
(2)
Kita harus menyingkirkannya, eh maksudku
memperingatkannya.
i. Asindeton
Menyebutkan beberapa hal berturut-turut tanpa kata
penghubung.
(1)
Meja, kursi, lemari lintang pukang saja letaknya dalam
kamar itu.
(2)
Buku, sepatu, tas berserakan di lantai.
j. Polysindeton
Menyebutkan beberapa hal berturut-turut dengan
menggunakan kata penghubung.
(1)
Setelah makan dan berpakaian serta merokok, ia
meninggalkan tempat itu.
(2)
Mula-mula ia diam saja lalu berdiri kemudian
menatapku.
k. Enumerasia
Menyebutkan beberapa
macam hal dengan disertai keterangannya.
(1)
Malam yang sunyi sepi, jengkerik yang mengerik, jam yang
berdetak, tersentak aku dari lamunanku.
(2)
Matahari pagi bersinar cerah, angin berhembus meyibakkan
rambutku, dan engkau datang membawa kebahagiaan dalam hidupku.
l. Anafora
Pengulangan kata pada
awal kalimat atau penggalan kalimat secara berturut-turut.
(1) Ada kemauan,
ada jalan.
(2) Seribu kali jatuh, seribu
kali bangun.
4. Majas Pertentangan
a. Paradoks
Pertentangan dua objek
yang berbeda.
(1) Dia orang kaya
tetapi miskin. (kaya harta, miskin iman)
(2) Tim kita kalah
tetapi beruntung.
(kalah bertanding, untung
pengalaman)
b. Antitesis
Paduan dua kata yang
berlawanan.
(1) Maju mundurnya sekolah
bergantung pada diri kita sendiri.
(2) Ada kurang dan lebihnya
saya minta maaf.
c. Kontradiksi Interminitz
Pertentangan dengan apa
yang dikatakan sebelumnya.
(1) Semua sudah hadir kecuali
Tono.
(2) Jawaban Anda benar
semuanya, tetapi ada satu yang salah.
d. Anakronisme
Bertentangan dengan apa yang sesungguhnya terjadi
dalam sejarah atau menetapkan sesuatu pada waktu yang sebenarnya belum menjadi
kenyataan.
(1) Gajah Mada naik taksi ke
Jakarta.
(2) Dalam karangan Julius
Caesar, Shakespiere menulis jam berbunyi tiga kali.
No comments:
Post a Comment
Berikan komentar Anda!