Mana tangan Bapak yang dulu kami
ciumi setiap pagi?
Biar kugenggam lagi setiap
telapak
Karna kami tahu, tangantangan itu
yang mengentaskan kami dari segala riak
Pak, selamat siang
Bagaimana kabar Bapak sekarang?
Apakah masih segagah dulu, saat
kami menjadi muridmu?
Oh, ya.... motor tua yang selalu
kaukendara masih setia mengantar kerja?
Atau sudah kaujual untuk menutupi
sisa utang sebelum tiba ajal?
Pak, masih pula kami ingat
Baju batik tak bermerek yang
menjadi kebanggaan ketika mengajari kami tentang pekerti
Hingga kami kini menjadi generasi
berbudi
Pak, maafkan kami yang dulu tak
pernah mau mengerti
Bu, kami merindu amarahmu waktu
kami lupa tak membawa buku
Kami merindu amarahmu waktu kami
terlambat saat ulangan akhir semester satu
Amarah itu kini kami sadari
sebagai amarah cinta yang mengawal kami menggapai mimpi
Bagaimana kabar Ibu hari ini?
Masih kami ingat,l
Saat Ibu menaiki anak tangga,
satu demi satu, pelan dan semakin perlahan
Dengan tas ransel di pundak
kecilmu
Tentu menambah beban
Selamat malam, Bu
Masihkah menawan seperti dahulu,
dengan senyuman setiap mengawali pelajaran
Meski kami sebenarnya paham
Kau ikhlaskan
Semata menutupi kekecewaan
Atas segala alpha, lupa yang kami
lakukan
Bu, senyummu kami rindukan setiap
malam menjelang
Pak, Bu
Terima kasih atas semua petuah
indah
Yang tak pernah lelah terucapkan
Terima kasih telah mengantar kami
Menggenggam mimpi yang
sesungguhanyaa tak mungkin bisa terjadi
Bila hanya kami sendiri
Dan....
Maafkan atas bengal yang sering
membuat kesal
Ada atau tiada dirimu
Kalian tetap menjadi salah satu
bagian dalam doa
Di setiap sujud malam
Menjadi kidung surgawi
Pada setiap lafaz kami
Di hari ini sampai nanti
No comments:
Post a Comment
Berikan komentar Anda!