Monday, August 12, 2019

DI ANTARA PUING



Lelah kaki ini melangkah setelah seharian berjalan di atas puing-puing kehancuran. Kusandarkan penat dan letih tubuh pada sebatang pohon yang telah tumbang. “Ah, di manakah anakku sekarang berada?”
Tanyaku dalam kebisuan. “Apakah dia masih hidup ataukah menjadi korban bencana yang melanda desaku?” Ya, tsunami itu telah menelan mentah-mentah segala sesuatu yang menghalang lajunya. Menggulung, menjungkirbalikkan semuanya. Mungkin juga termasuk Imelda, anak semata wayangku. Sementara Ratni, istriku, entah di mana dia. Bencana yang terjadi di pesisir utara desa asalku, tepat setahun lalu, telah memisahkan kami. Mungkin Ratni telah kembali ke haribaan Ilahi, namun jasadnya tak pernah bisa kujumpai. Apakah aku akan kehilangan lagi orang yang sangat aku cintai karena peristiwa yang sama? Entah! Semilir angin pantai, memaksaku mengatupkan mata.
Entah berapa lama mata ini terpejam. Yang jelas, matahari sudah merona jingga sebagai pertanda malam segera tiba. Kembali kulangkahkan kaki menyusuri puing-puing bangunan di bawah sinar rembulan yang temaram dan bintang yang berkedip pelan. Tertegun dalam sunyi ketika sayup terdengar rintihan mengiba. Kupasang telinga baik-baik untuk mencari asal suara itu.
Kulihat seorang wanita berusia sekitar 35 tahun mendekap gadis mungil di bawah reruntuhan bangunan. Tak salah lagi. Itu Imelda, anakku, yang aku cari-cari selama ini. “Imelda.....!” Kuraba pergelangan tangannya. Masih ada detak nadi meskipun sangat samar. Segera kuambil Imelda dari dekapan perempuan itu. “Ya, Tuhan..... Ratni???”

No comments:

Post a Comment

Berikan komentar Anda!

Profil Sekolah Binaan

SMK NEGERI 1 KAMAL DAN SMK NEGERI 2 BANGKALAN